Kembang Api Itu,
Dia atau Aku
Sayup-sayup aku mendengar celotehmu, aku yang hampir terlelap berusaha tetap mendengarmu. Lewat ruang hampa yang disanjung bunga baru. Bagaimana dapat kamu semanis itu, kamu yang kumau tanpa tau untuk siapa hatimu.
Tanpa aku sadari aku semakin dalam tersesat, aku semakin dalam masuk dan bahkan menikmati setiap inci langkah kaki. Kamu menuntunku, tak menghentikanku, tak juga menggenggamku. aku heran bagaimana bisa kamu menggenggam tanpa menyentuh? Sebelum aku sadar aku tak lagi tau jalan kembali dari sesak ini.
Dan aku mengijinkanmu tetap memilikiku tanpa pernah menyentuhku. Kamu yang mengikat dan menggenggamku tanpa satu orangpun tahu. aaah, kuharap kamu rumah. Karena seseorang pernah mengatakan padaku "Hati punya rumah, dan suatu saat hati akan kembali kerumahnya" maka bagaimana jika benar aku menganggapmu sebagai rumah?
Rasanya kamu rumah yang amat indah, rumah yang membuatku mereguk suka cita terlalu banyak. Sepertinya aku mabuk kepayang. Hingga aku terjaga dan menyadari tidak ada siapa-siapa disampingku. Terlempar ketembok lalu jadi serpihan. Sepertinya aku tidak mabuk lama, tapi aku terlalu dalam.
Hingga saat aku menatapmu yang menatap orang lain. Hingga saat aku tersenyum padamu dan kamu seolah tersenyum padaku ternyata orang lain. Aku tidak menyalahkanmu yang membuatku terbang, aku menyalahkan diriku sendiri.
Kusudahi tangisku didepanmu, kuberjalan menggenggammu. Aku mengingkari lukaku. Aku membodohi otakku. Aku mencintaimu. Aku berfikir, bukankah kembang api akan meredup? Lalu siapa kembang apimu? Dia? jika dia kuharap hujan lekas turun menghapusnya. Tapi bagaimana jika itu aku? Jika aku kembang api itu biar aku tetap berpendar, biar aku meletup, biar kuhiasi langitmu lagi dan lagi sampai kamu lupa aku adalah kembang api, lalu kamu mencintaiku sebagai abadi.
Komentar
Posting Komentar